Pertemuan Prabowo dan Luhu | Koalisi Gerindra Belum Matang


Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menggelar pertemuan tertutup dgn Menteri Koordinator Bi&g Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Restoran Sumire, Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (6/4). Gerindra menyebut Prabowo & Luhut sering bertemu.

Belum diketahui secara pasti isi pembicaraan kedua pensiunan jenderal TNI AD itu pda pertemuan yg berlangsung sekitar 1,5 jam, kemarin.

Gerindra menilai pertemuan Prabowo dgn Luhut sebagai silaturahmi biasa antara kawan lama. Keduanya sama-sama besar di korps baret merah atau Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.


"Pertemuan kemarin itu pertemuan biasa antara dua tokoh, dua mantan tentara. Memang mereka silaturahmi biasa, secara berkala bertemu," kata Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria kepda CNNIndonesia.com, Sabtu (7/4).

Meskipun sebagai kawan lama, kata Riza posisi Luhut & Prabowo berada di barisan berbeda. Luhut merupakan bagian pemerintahan Presiden Joko Widodo. Se&gkan Prabowo pemimpin Gerindra, sebagai opisisi pemerintah.

Menurut Riza, posisi Luhut & Prabowo yg saat ini berbeda tidak menghalangi keduanya utk tetap berkomunikasi & berdiskusi tentang kondisi bangsa. Riza menyebut Prabowo cukup sering bertemu dgn Luhut utk saling bertukar gagasan.

"yg pasti mereka diskusi masalah-masalah bangsa sekarang & ke depan. Mereka berdua kan, saling melengkapi agar situasi bangsa ke depan lebih baik," ujarnya.

Riza meyakini pertemuan sang Ketua Umum dgn Luhut tidak mempengaruhi koalisi Gerindra dgn PKS, maupun dgn partai lain, seperti PAN, PKB maupun Demokrat. Menurut Riza, pihaknya terus melakukan komunikasi dgn keempat partai itu.

"Insya Allah PKS akan dukung Prabowo, hampir tidak mungkin dukung Pak Jokowi lah PKS. Mudah-mudahan diikuti oleh PAN, PKB, Demokrat, PBB juga Insyaallah," kata Wakil Ketua Komisi II DPR itu.

Berdasarkan informasi yg dihimpun CNNIndonesia.com, belum ada titik temu antara Gerindra & PKS, meskipun Prabowo rutin berkomunikasi dgn Presiden PKS Sohibul Iman & Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.

Gerindra sempat membentuk tim internal khusus guna memastikan koalisi dgn partai lain, seperti PKS, PAN, PKB hingga Demokrat. Tim internal itu dipimpin Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, yg juga Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra.

Dalam tim itu, Sandiaga dibantu dua Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon & Sufmi Dasco Ahmad, Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani, Ketua DPP Desmond Mahesa, serta Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik.

Koalisi dgn partai lain menjadi kunci Gerindra utk bisa mengusung Prabowo menjadi calon presiden (capres) pda pilpres 2019.

Pasalnya, berdasarkan Un&g-un&g Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, partai politik atau gabungan partai politik wajib memiliki 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional pda pemilu 2014 utk bisa mengusung pasangan capres & cawapres.

Gerindra sendiri hanya memiliki 73 kursi di DPR atau 14.760.371 (11,81%) suara sah nasional dari Pemilu 2014. Masih kurang sekitar 40 kursi guna memenuhi syarat mengusung capres & cawapres dalam pilpres 2019.

Ketua DPP PKS Mar&i Ali Sera menyebut pihaknya tidak terpengaruh dgn pertemuan Prabowo & Luhut kemarin. Menurutnya, pertemuan itu merupakan salah satu bentuk komunikasi politik antara pemerintah dgn oposisi.

"Bagus, komunikasi politik baik dijalankan," kata Mar&i saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.

Mar&i mengklaim komunikasi antara PKS dgn Gerindra terus terjalin & semakin harmonis. Dia mengatidakan PKS belum mendeklarasikan Prabowo sebagai capres 2019 lantaran masih menunggu Gerindra utk lebih dahulu melakukan deklarasi.

"Kami tunggu Gerindra (utk deklarasi lebih dulu Prabowo sebagai Capres 2019)," tuturnya.

PKS Masih Tawar-menawar

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar menilai PKS belum mengeluarkan pernyataan terbuka utk mengusung Prabowo sebagai capres 2019 lantaran masih terjadi proses tawar-menawar antara partai yg berkoalisi pda pilpres 2014.

Menurut dia, PKS masih mencari sosok yg lebih kuat utk menandingi Jokowi, selaku petahana.

"Dalam hal ini, menurut saya, PKS itu masih mencari-cari figur lain yg kemudian bisa lebih kuat dalam menandingi Jokowi," tutur Idil kepda CNNIndonesia.com.

"Kita tahu PKS sudah mengeluarkan beberapa nama kadernya yg akan dicalonkan (utk pilpres 2019). PKS menurut saya se&g cawe-cawe dgn partai lain," kata dia melanjutkan.

Idil berpendapat salah satu hal yg belum disepakati Gerindra dgn PKS utk berkoalisi adalah masalah cawapres pendamping Prabowo. Dia menyebut dalam konteks koalisi, kepentingan masing-masing partai politik memang harus terakomodasi.

Namun, lanjut Idil yg menjadi pertanyaan saat ini apakah calon pendamping yg disodorkan PKS memiliki elektabilitas tinggi & mampu mendongkrak suara Prabowo nantinya.

"Dalam konteks yg lebih besar sebetulnya adalah apakah calon yg ditawarkan PKS ini memiliki nilai kompetitif terhadap itu. Saya kira dalam hal ini harus realistis. Tidak bisa juga utk memaksakan kehendak bahwa kemudian mampu," kata dia.

Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade memastikan pihaknya akan tetap mengusung Prabowo sebagai capres 2019. Dia membantah ada keraguan Prabowo utk maju dalam pilpres 2019, setelah menyebut tidak ada deklarasi di Rapat Koordinasi Nasional Gerindra 11 April pekan depan.

Menurut Andre, apa yg disampaikan Prabowo di sela-sela Rapat Kerja Nasional Bi&g Hukum & Advokasi DPP Gerindra, Kamis (5/4) lalu itu, utk mengingatkan bahwa Gerindra belum bisa mengusung sendiri dirinya menjadi capres 2019.

"Pak Prabowo tidak ragu utk maju pilpres. Beliau menyadari bahwa, Gerindra hanya punya 73 Kursi," kata dia.

Andre menyatidakan deklarasi Prabowo sebagai Capres 2019 hanya persoalan waktu saja. Saat ini, kata dia yg diinginkan Prabowo adalah kemantapan partai koalisi, sehingga bisa langsung dideklarasikan bersama dgn cawapres pendampingnya.

"Beliau ingin mematangkan dulu kepastian koalisi lengkap dgn cawapresnya," tuturnya.

Menurut Andre, pihaknya masih memiliki waktu sekitar 4 bulan utk mematangkan koalisi & menentukan cawapres pendamping Prabowo. Dia meminta masyarakat bersabar menunggu hasil final Gerindra & partai koalisi yg nanti akan bergabung.

"Masih cukup waktu utk Pak Prabowo & koalisinya utk menimbang siapa cawapres yg tepat & kapan akan melakukan deklarasi," ujarnya. (pmg)

No comments

Post a Comment